Langsung ke konten utama

Mariowin

MARIOWIN

Service Premium Dari Seorang WP

Badan terasa lelah habis ada kerjaan dikantor yang membuat pikiran penat, untuk itu saya berfikir untuk merilekskan badan saya di tempat panti pijat di kawasan Surabaya, untuk memilih tempat panti pijat yang spesial saya menuju ke sebuah tempat dimana panti pijat tersebut dengan dengan warung makan, enaknya gini, habis dipijat badan terasa bugar apabila langsung makan , menurutku begitu.



Lalu tidak lama lagi saya bergegas masuk ke tempat panti pijat yang saya pilih, disambut oleh beberapa wanita cantik yang memakai celana gemes, langsung saja menuju ke resepsionisnya, Saya pesan Mbak Sisil ke resepsionisnya, Lalu saya dipersilakan ke kamar VIP 304, berarti saya naik ke lantai 3,Setelah masuk kamar yang telah disediakan, akupun langsung mencopot semua baju dan celana kecuali CD saya, untuk segera dipijat oleh wanita yang saya pilih,

“Selamat siang Pak”, sapa Mbak Sisil.

“Siang”, jawabku.

“Mau minum apa Pak?”, tanyanya.

“Teh plus krem panas tanpa gula!” Lalu dia pergi ke pesawat telepon di luar ruangan, dan kembali ke kamar lagi. Saat aku akan naik ke tempat tidur..



“Pakai krem nggak Pak?” tanya Mbak Sisil.

“Pakai!” jawabku singkat.

“Kalau gitu sekalian dilepas aja CD-nya nanti kena krem”, kata Mbak Sisil.

Karena sudah terlanjur tidur telungkup dengan kaki rapat, 

“Tolong dong lepasin!”, seruku. 

Kan malu belum kenal udah mau lihat Mr. P mengkerut aja, jadi sambil tidur, CD-ku dipelorotin sama dia, tentunya dengan melebarkan sedikit kakiku.

“Mbak AC-nya boleh nggak dimatiin aja, soalnya saya nggak kuat dingin?” Ini trikku karena dia pasti kepanasan, bayangin saja dia jalan sana-sini, pijat, pakai baju komplit, paling tidak blazer akan di lepas, dan tinggal kaos tanpa lengan. Jangan lupa letakkan Mr. P pada posisi yang aman, bila sewaktu-waktu berubah ukuran, tidak sakit.

Mulailah pijat tanpa krem ke seluruh tubuhku, dimulai dari telapak kaki, betis, paha, pantat, pinggang, punggung. 

Karena letak kedua kakiku agak rapat, saat dia memijat bagian telapak kaki, otomatis kakiku tertarik dengan sendirinya masing-masing terbawa ke tepi tempat tidur sehingga posisi kakiku terbuka lebar.

Saat memijat punggung dia naik ke tempat tidur dengan menduduki pantatku, dan paha bagian dalamnya menyentuh pinggangku, terasa dingin dan halus. Hasil sensor pantatku mengatakan bahwa dia menggunakan celana ketat hingga pangkal paha. Saat tangannya mendorong dari pinggang ke pundak, otomatis posisinya agak menunduk, terasa ada dua hal yang membuat sensor probe-ku over range. 

Pertama, itu payudara 38D menyentuh punggung, walau masih dibungkus bra dan kaos ada rasa kenyal gimana gitu. Kedua, Saat diduduki pasti daerah lobang pantat dia kan yang nempel di pantatku, nah saat dia menunduk otomatis daging vagina yang tembem seperti tutup bagasi VW Kodok-ku menyentuh pantatku dan ada rasa seperti kedutan, mungkin karena dia tekan pundakku sehingga tumpuannya ada di tutup bagasi itu.

Hingga akhirnya memijat bagian lipatan paha dalam yang kadang-kadang ujung jarinya menyentuh rambut di sekitar biji (kalau aku bilang sih bukan pijat tapi sentuhan atau lebih halus lagi. Padahal belum pakai krem, kalau dia sebelum melakukan ini dia bilang Punten, maka lain kali kalau ke sini lagi, aku langsung order banyakin Puntennya saja, sayang dia nggak bilang). Untuk ukuran pria normal, digituin sih ya pasti kemaluanku bangun, ibarat dongkrak mobil, otomatis pantat keangkat, karena volume kemaluan terisi penuh, untung sudah pada posisi, coba kalau lagi ketekuk, pasti tuh pantat lebih tinggi lagi ngangkatnya.Lama nggak ngobrol, hanya mendengarkan musik sayup-sayup, dan nampaknya dia sudah menguasai keadaan-aman terkendali, keluarlah pertanyaan standar PPT.

“Ke sini sama teman Pak?” tanya Mbak Sisil.

“Nggak” jawabku.

“Sudah pernah ke sini?”

“Sudah..” agak berbohong, biar aku tahu servicenya nanti seperti apa, soalnya sesama wanita panggilan mereka juga bersaing baik wajah, teknik, dan lain-lain.

“Dengan siapa Pak?”

“Wah aku lupa namanya, nggak ngingetin sih!” jawabku. 

Kalau kamu jawab nama wanita panggilan-nya nanti dia akan tanya di service apa aja, bayar berapa dan lain-lain.

“Berarti sering dong Pak”,

“Nggak juga, asalnya dari mana Mbak?” tanyaku.

“Bandung”, pembicaraan terhenti.

Dia mulai memijat dengan krem yang cukup banyak (ini pijat apa lulur krem) semuanya dari arah bawah ke atas (mungkin maksudnya ke arah jantung, agar peredaran darah lancar, nah bisa bayangkan peredaran darah lancar, kemaluan jadi keras, apa nggak tinggal muncrat saja) tapi teknik pijatnya cukup baik (menurutku) pada daerah tanpa titik rangsang dia akan tekan, tapi bila di daerah titik rangsang berubah tekanannya (bukan pijat tapi sentuhan) bayangkan aku dibikin tegang-nggak-tegang-nggak dan seterusnya, disinilah seninya seks, kalau cuma masukin – muncrat – tidur ngorok nggak ada seni, hanya kewajiban memenuhi kebutuhan.

Urutan pijat dengan krem dilakukan sama seperti tanpa krem, hanya saat dia mulai ke daerah pantat, dia ada di sisi kiriku dekat pinggang, dengan usapan dari paha luar ditarik ke atas masuk antara biji dan paha dalam mengitari lubang anus (yang terkadang sengaja disentuh) dengan kedua tangan secara bergantian, otomatis pantatku naik lagi, pindah ke betis, terus kembali ke pantat lagi (dalam hatiku harus sabar nih, bayangin coba kamu dirangsang terus dicuekin, dirangsang terus di cuekin dan seterusnya), pantas memang lobang pantat itu enak kok kalau dielus-elus, nggak pria atau wanita sama saja, apalagi di masukin. 

Lalu dia pindah ke sisi kanan, kembali aku di rangsang terus di cuekin (memijat di tempat lain tanpa menghiraukan Mr. P yang sudah tanggung), di rangsang terus di cuekin dan seterusnya). Setelah tahu bahwa kemaluanku keras berarti aman terkendali, sebab kalau nggak bangun berarti dia harus bersusah payah untuk membangunkan agar dapat tip khusus. 

Dia pindah memijatnya ke pundak terus ke pinggang terus tangan (benar-benar dibuat kesal nih kemaluanku). Untuk pinggang dia tidak menduduki pantatku lagi, karena banyak krem, takut bajunya kotor. Setelah itu dia kembali lagi ke pantat dan melakukan pijatan seperti tadi lagi, terpaksa aku protes keras.

“Teteh! tolong dong jangan dibikin pusing nih!” kataku.

“Memangnya kenapa, Pak?” tanyanya.

“Itu pijatnya bikin pusing nih”,

“Ya udah Bapak diam saja, ikutin saja yah!”

“Ya sudah”,

“Tetapi nanti tip-nya spesial ya Pak!” tuh kan benar.

Disinilah triknya saat kita lagi butuh banget, dia memberikan penawarannya, memang hampir semua wanita panggilan berusaha mati-matian secara singkat dan seksama membuat kita tegang dan bikin pusing, yang akhirnya kalau sudah nggak kuat akan mengeluarkan work-order.

“Berapa spesialnya?” kataku lagi.

“Biasanya 300.000 ”,

“Ya sudah”, tanpa merinci lagi work-order seperti apa yang akan dia lakukan lebih gila lagi aku belum tahu apakah di dompet ada 500.000 (200rb kamar 300rb tip) dan seingatku cash only.

Disinilah kelakuan para pria, di otak kepalanya yang lebih besar bisa dikalahkan dengan isi kepala bawahnya yang cenderung lebih kecil tapi bisa bikin kepala bagian atas tips buat para wanita.

Mulailah dia meraba dengan menambah krem tadi dengan baby oil (mungkin, soalnya rasanya lebih cair) di bagian pantat, terus meraba dengan ketajaman kukunya dia menyisir (bahasa kasarnya digaruk, tapi lembut banget) rambut sekitar biji ke arah anus. Wah, volume darah di kemaluanku semakin penuh dan pantat diangkat sebatas kemaluan, biar nggak ketindihan badanku.

Tahu kalau ada celah kiri antara kemaluanku dengan pangkal paha tangannya masuk dan mengelus secara perlahan bagian paha, yah naik lagi pantatku, diulangi lagi celah kanan, yah naik lagi pantatku, pijat lagi sekitar lubang anus, yah naik lagi pantatku, hingga posisi badan bertumpu pada lutut kaki dan siku tangan dan muka menancap di bantal. Sensasinya, jangan anggap enteng. 

Kucoba mengeluarkan kepalaku dari bantal dan melirik ke belakang, wah ternyata dia duduk dengan posisi mengangkang spt huruf M, kan benar pakai celana pendek ketat sebatas paha, tapi kelihatan mblendug-nya persis seperti tutup bagasi VW-ku. Aku mencoba meraih tutup bagasi itu, tapi kuurungkan, karena ini pertama kali aku ketemu dia.Akhirnya dapat juga yang dia cari, memijat kemaluanku secara perlahan sekali lagi perlahan, seperti menimang Mr. P nuklir takut meledak, dengan sangat pelan tangannya ditarik sehingga hanya bagian ujung jari-jari ke arah anus seolah-olah takut kemaluanku jatuh, tangan berputar sesuai dengan bongkahan pantat, jari tangan kiri ke arah kiri dan jari tangan kanan ke arah kanan, saat ini kalau kemaluanku tidak sehat pasti jatuh (ereksi 60%-80%), tetapi yang terjadi antara kemaluan dengan badan seperti garis yang tidak bersinggungan kata geometri, keras sekali, (setelah tegang, aku bilang sama Teteh bahwa apakah tamu Teteh pijat seperti itu apa tegang semua, atau bila orang impoten apakah bisa ereksi, soalnya di atas kepalaku sudah banyak bintang kecil-kecil alias pusing).

Akhirnya aku berkata, 

“Teteh, aku sudah nggak tahan keluarin aja!” Tangan kanannya menggenggam kemaluanku dengan lembut memutar kepala kemaluan dengan jari-jarinya, genggam batang, maju mundur, sementara tangan kiri menusuk anus, kadang meraba rambut di sekitar anus, begitu berulang-ulang, hingga sperma akan keluar. 

Kira-kira dalam perjalanan di tengah batang kemaluan, eh dipijat sekuatnya kemaluanku, otomatis aku bergetar (over vibration), tak berapa lama dilepas, ya muncrat cairan dari kemaluanku dengan tekanan yang kuat dan nyaris mengenai daguku. Setelah tekanan cairanku turun, otomatis badanku ambruk seperti hidrolik saja atau mesin yang shut-down.

Si Teteh membersihkan tangannya yang belepotan baby oil plus krem plus cairanku dengan kain sprei, dan melanjutkan memijat. Aduh enak loh rasanya, setelah ejakulasi dipijat, rasanya seperti habis lari dikejar anjing terus selamat lompat pagar.

“Pak sekarang bagian depannya” tanya Teteh. Aku membalikkan badanku, terlihat kemaluanku mengkerut kembali seperti semula, dan Teteh mulai memijat, seperti urutan saat aku telungkup.

“Pak perutnya di urut nggak?” tanya Teteh. Aku mengangguk saja, sepertinya capek banget, dia tersenyum saja melihat aku kelenger.

“Kenapa ketawa?” tanyaku.

“Nggak, itu keluarnya banyak banget dan itunya keras banget”,

“Kamu bisa saja nyanjung, entar, kutambah nih tipsnya”, candaku.

“Pak ini mau dikeluarin lagi?” tanpa sadar saat urut, rupanya perutku ditarik dari bawah ke atas (mungkin karena gravitasi, perutku buncit jadi turun sehingga perlu ditarik ke atas) tapi saat ditarik, ujung jari menyentuh kemaluanku. Ya, tegang lagi. Aku tidak menjawab, hanya mengangguk sambil memberikan senyum (yang paling manis dari yang kupunya).

Cuma karena posisi telentang jadi mengurutnya digenggam dari bawah ke arah atas sambil diputar dengan telapak tangan menyentuh ujung kemaluan, karena tadi sudah keluar. Jadi sekarang agak lama, tapi dengan keahliannya, tangan kanan mengurut kemaluan, tangan kiri meraba biji hingga menyisir rambut sekitar anus, dan akhirnya keluar juga cairanku.

“Pak permisi keluar dulu, cuci tangan”, aku mengangguk saja.

Gila 1 jam 20 menit, aku segera pakai kimono dan menuju kamar mandi, dan pakai baju, karena masih ada waktu aku sempatkan mengobrol.

“Teteh liburnya hari apa?” tanyaku.

“Hari Jumat, kenapa tanya libur segala, mau ke sini lagi?”

“Nggak kalau ada temanku mau ke sini kan jadi tahu.”

“Bapak orangnya baik deh”,

“Oh iya uang tip-nya belum yah, pantes kamu nyanjung terus”, candaku sambil memberikan 300rb-ku sambil kulihat masih ada selembar lagi berarti selamatlah aku nanti di resepsionis, artinya kan nggak dikejar pengaman PPT.



“Benar Pak, biasanya tamu suka meraba-raba, pegang sana sini, akunya yah belum tahu aja. Semua pria itu bajingan. Kata bokap tetangga temanku nasehatin anak perawannya, kucing itu kalau diberi ikan kadang pura-pura ngambil dikit, tapi kalau nggak ada orang yang diambil ayam seekor, dasar perempuan kaya bola, jauh dikejar, dekat ditendang.”

“Ya sudah, nih uang tip-nya, makasih ya Teteh”, sambil kucium tangannya.

Sekilas kulihat bulu tangannya merinding.

“Kenapa merinding?”

“Nggak, Bapak memperlakukan wanita panggilan kok kayak gitu sih”,

“Kamu manusia kan, saya juga begitu, dan saya benar-benar puas”,

“Pak ke sini lagi yah!”

“Nggak janji yah!”

Tahu nggak, aku melakukan itu semua, ya memberikan preview yang baik agar kalau ke sini lagi dapat yang lebih, pakai ilmu kucing dong.

“Ya udah, terima kasih Teh”, dibukanya kain penutup pintu, langsung aku pergi ke resepsionis.

“Makasih Mbak”, sapaku.

“Sama-sama Pak”, jawabnya.

Tiba-tiba.., “Lho, elu Bud”, tanya suara dari belakangku.

“Eh, iya Felix, kok kamu di sini?”

“Iya gue lagi nunggu Sisil yang lagi kerja, abis pijat sama siapa lu”,

“Eh.. sama Sisil”

“Wah lu pasti pijat anus yah?” ucapnya.

“Nggak, apaan tuh?” pura-pura bodoh, gila nih anak bikin aku malu aja.

“Ya udah sana, lu kelihatan lemas bin lapar”, katanya.

“Nah kamu nunggu siapa?”

“Lu berakin gue tahu”.

Oh ternyata dia nungguin Sisil yang kerja denganku, aku ngeloyor sambil senyum, mudah-mudahan jari tangan si Teteh nggak dicuci biar dia pijat dengan kerak di sekitar anusku. Langsung saja aku ngeloyor menuju tempat makan, makan 5 buah plus teh manis panas, untuk mengembalikan tenaga yang hilang diserap Teteh Sisil.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta Dengan Pelanggan Setia

 Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan kantorku keluar kota untuk mengikuti training, melakukan negosiasi dan maintenance pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing. Perkenalkan nama saya Tonma, 30 Tahun, berkeluarga dan tinggal di wilayah jakarta Jakarta Utara. Sebetulnya sejauh ini tidak ada yang kurang dengan keluarga dan profesiku sebagai orang marketing. Sebagai tenaga penjual dengan berbagai training yang pernah ku ikuti, aku tidak pernah kekurangan teman pria ataupun wanita. Dì mata ìstrìku aku adalah seorang suamì yang baìk, penuh perhatìan dan selalu pulang cepat ke rumah. Namun dì balìk ìtu, sebuah kebìasaan, yang entah ìnì sudah kebablasan, aku masìh suka ìseng. ìseng dalam artì awalnya cuma ìngìn memastìkan bahwa ìlmu marketìng ternyata bìsa dìterapkan dalam mencarì Apapun termasuk teman cewek, hehehe.. Marketìng menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah sì cewek tadì juga bìsa tergolong customer.  Anyway, Minnie adalah orang kesekìan yang masuk per

Aku Kecanduan Bercinta

Aku masih siswi smu kelas 2 berumur 16 tahun. Terus terang aku sudah tidak lagi perawan, keperawananku kuserahkan kapada pacarku saat pesta malam tahun baru, waktu itu aku masih kelas 1 SMU. Semua itu aku lakukan dengan suka rela tidak ada paksaan, malah aku merasakan kenikmatan surga dunia di usia ku yang masih muda itu. Sudah 3 kali aku melakukan hubungan sex dengan pacarku aku menikmati bahkan mungkin aku semakin ketagihan mereguk kenikmatan bermain sex dengan pacarku. Aku tinggal bersama kakak perempuanku yang sudah menikah di kota F. ini. Hingga pengawasanku begitu longgar karena kesibukan kakakku dan suaminya yang bekerja hingga kurang mengontrol terhadapku. Sepulang sekolah aku bergegas ke kamarku, sekolahku masuk pagi. Siang itu seperti biasa hanya ada aku dirumah. Setelah melapas sepatuku dan melempar tasku dikasur, aku langsung melepas celana dalamku. Entah hari ini aku merasa begitu terangsang, seperti kataku, aku ketagihan berhubungan sex. Tubuhku terasa bergetar, kedua bua